Minggu, 23 September 2012

Wasewengke Independence Day


Menjadi pejabat, impian setiap orang. Jika ditanya mengapa menjadi impian karena apapun yang diinginkan semuanya tersedia. Akan tetapi tanggung jawabnya sangat berat, seperti kesejahteraan rakyat menjadi taruhan yang harus diperjuangkan untuk dipenuhi. Ukuran kesejahteraan rakyat tidak semata-mata dilihat dari aspek menurunnya angka kemiskinan, tapi parameter lain adalah  terbukanya isolasi wilayah  sehingga akses kedaerah yang bersangkutan menjadi lebih mudah, cepat, untuk perubahan peluang hidup. Tanggung jawab itulah yang dilakukan Bupati Rotok untuk  menyusur lorong-lorong rumah diperkampungan  untuk memastikan keterbukaan perkampungan dari isolasi geografis yang diderita masyarakatnya selama ini.  Kehadiran Rotok dinantikan oleh masyarakat dimana ia berkunjung, terbukti diterima dengan tuak kepok dan manuk kapu di kampung Ri,i Waesengke desa Beo Rahong kecmatan Ruteng.

Tanggal 4 Juli 2011, Bupati Rotok menyusuri perkampungan di 2 kecamatan  yaitu kecamatan Ruteng dan kecamatan Lelak. Beliau menyusuri kampung-kampung yang selama berabad-abad  belum terbuka isolasi geografisnya, meski jarak hanya 16 – 18 km dari ibu kota kabupaten Manggarai, suatu ironi. Bupati Rotok sosok anak desa yang berhasil diperkotaan,  kembali ke desa untuk membuka isolasi desanya meski bukan kampung asalnya.  Rotok sosok pemimpin yang lahir dari desa, kembali membangun desa setelah menjadi penentu kebijakan di daerah Manggarai.  Rotok membawa sejumlah informasi yang memotivasi masyarakat dimana perkampungan yang disinggahinya.  Hal yang menarik dari Rotok adalah sharing informasi yang disaksikannya di perkampungan lain  seperti panen tanaman  Haliah di desa Ketang diamana hasilnya sangat memuaskan, yaitu  ada yang menghasilkan  25 – 40 ton perhektar. Panenan yang berhasil dipanen saat Rotok berkunjung adalah  350 ton dengan harga  kisaran Rp  5000 – 6000 /kg artinya pendapatan mereka sebesar  Rp 2.1000.000,- ( 2, 1 miliar rupiah). Suatu hasil yang sangat membanggakan masyarakat di wilayah kecamatan lelak khususnya dan masyarakat Manggarai umumnya.  Sharing tersebut dilakukan Rotok saat beridialog dengan tu’a gendang Ri’i desa Beo Rahong kecamatan Ruteng. Di rumah gendang tersebut Rotok banyak menyampaikan motivasi kepada masyarakat kampung Ri’i Wasewengke, yang kondisi daerahnya minus seperti didaerah Ketang tapi masyarakatnya kreatif dan inovatif.  Karena itu Rotok membuka isolasi perkampungan ini dengan membuka jalan raya beraspal yang melewati kampung ini.  Keluhan masyarakat ditampungnya, untuk dicarikan solusinya.  Masalah yang paling banyak disoroti masyarakat adalah masalah penerangan (listrik). Dalam jawabannya Rotok mengatakan ada 2 solusi yang dapat dilakukan pemerintah kabupaten Manggarai untuk masalah ini yaitu  pertama sambungan lstrik tenaga surya, dimana masyarakat  harus membuka rekening tabungan dengan nominal Rp 500.000,-/tahun di Bank NTT, PLN memasang instalasi listrik tenaga surya, tanggung jawabnya ada dipihak PLN kabupaten Manggarai. Kedua, Listrik tenaga Uap Ulumbu, yang bisa memenuhi kebutuhan listrik untuk daratan Flores.  Listrik tenaga uap ini diperkirakan beroperasi kira-kira bulan nopember 2011, kata Rotok  dengan semangat. Pada penutupan acara kunjungan tersebut Rotok memberikan pekerjaan rumah kepada tu’a gendang Ri’i, agar sarana jalan yang dibangun ini, harus ada nilai manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dikampung ini, dengan menciptkan komoditas unggulan untuk dipasarkan kepada masyarakat umum, sehingga roda ekonominya bisa tumbuh dengan cepat. Selain itu Rotok juga memberikan sumbangan  untuk perbaikan rumah gendang Ri,i Wasewengke  berupa  semen dan pasir, yang akan diserahkan setelah tua golo Ri’i Wasewengke menyampaikan kepastian pelaksanaan renovasi rumah gendang tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar